28 Februari, 2012

Wanita Dicipta Untuk Dilindungi



Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasannya. Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lenganya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk dicintainya.
Allah tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah ciptakan wanita sebagai pasangan hidup laki-laki yang akan menyempurnakan hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, disamping tunduk dan beribadah kepada Allah tentunya.
Tetapi mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan kehormatan dan harga dirinya.
Wanita dipuja bagai dewa, disanjung bagai Dewi Shinta, yang banyak menyebabkan laki-laki buta mata, buta telingga, bahkan buta mata hatinya. Namun ada juga yang menganggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya.
Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.
Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita melihat mereka menjajakan diri di gelapnya malam yang mencekam. Relakah kita melihat mereka membanting tulang mengumpulkan ringgit atau real dengan mayat terbujur kaku sebagai resikonya?
Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya seperti seonggok jasad hidup yang tidak memiliki nilai guna?
Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya beringas, liar, ganas, tidak berpendidikan, bodoh, dunggu, hanya karena ketidakmampuan ayah memberi nafkah, karena ketidakmampuan kita medidik dan mencintainya, karena ketidakmampuan kita melindunginya, sebagaimana Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dekat dengan hatinya untuk dicintainnya.
Ia tetap wanita, yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Tidak bisa manusia dengan akalnya yang kerdil ini mengganti kedudukannya apa lagi fitrahnya.
Ia bagaikan sekuntum bunga terpelihara, tidak semua kumbang bisa menghisap madunya. Lemah lembutlah dalam memperlakukannya, karena kalau tidak, ia bisa seganas srigala.
(manajemen.fekon.UG (andree_yunuss@yahoo.com)

»»  read more

Tindakan Kita sebatas Kita memandang dunia

Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit, dan tindakan andapun jadi kerdil.
namun , bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda pun melakukan hal - hal penting dan berharga.
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tidak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita di ajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan - kebaikan yang ada dalam pikiran kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa - apa dari kita . Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat . ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.
Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu , kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan dunia pun menampakan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian - penilaian kita
»»  read more

27 Februari, 2012

Beberapa Contoh Bid'ah Masa Kini

Oleh
Syaikh Dr Sahlih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]


Di antaranya adalah :

[A] Perayaan bertepatan dengan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Rabiul Awwal.
[B] Tabarruk (mengambil berkah) dari tempat-tempat tertentu, barang-barang peninggalan, dan dari orang-orang baik, yang hidup ataupun yang sudah meninggal.
[C] Bid’ah dalam hal ibadah dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Bid’ah-bid’ah modern banyak sekali macamnya, seiring dengan berlalunya zaman, sedikitnya ilmu, banyaknya para penyeru (da’i) yang mengajak kepada bid’ah dan penyimpangan, dan merebaknya tasyabuh (meniru) orang-orang kafir, baik dalam masalah adat kebiasaan maupun ritual agama mereka. Hal ini menunjukkan kebenaran (fakta) sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Artinya : Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara kaum sebelum kalian” [Hadits Riwayat At-Turmudzi, dan ia men-shahihkannya]


[1] Perayaan Bertepatan Dengan Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Pada Bulan Rabiul Awwal.

Merayakan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bid’ah, karena perayaan tersebut tidak ada dasarnya dalam Kitab dan Sunnah, juga dalam perbuatan Salaf Shalih dan pada generasi-generasi pilihan terdahulu. Perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam baru terjadi setelah abad ke empat Hijriyah.

Imam Abu Ja’far Tajuddin berkata : “Saya tidak tahu bahwa perayaan ini mempunyai dasar dalam Kitab dan Sunnah, dan tidak pula keterangan yang dinukil bahwa hal tersebut pernah dilakukan oleh seorang dari para ulama yang merupakan panutan dalam beragama, yang sangat kuat dan berpegang teguh terhadap atsar (keterangan) generasi terdahulu. Perayaan itu tiada lain adalah bid’ah yang diada-adakan oleh orang-orang yang tidak punya kerjaan dan merupakan tempat pelampiasan nafsu yang sangat dimanfaatkan oleh orang-orang yang hobi makan” [Risalatul Maurid fi Amalil Maulid]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, baik karena hanya meniru orang-orang nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa ‘Alaihis Salam atau karena alasan cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menjadikan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sebuah perayaan. Padahal tanggal kelahiran beliau masih menjadi ajang perselisihan.

Dan hal semacam ini belum pernah dilakukan oleh ulama salaf (terdahulu). Jika sekiranya hal tersebut memang merupakan kebaikan yang murni atau merupakan pendapat yang kuat, tentu mereka itu lebih berhak (pasti) melakukannya dari pada kita, sebab mereka itu lebih cinta dan lebih hormat pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari pada kita. Mereka itu lebih giat terhadap perbuatan baik.

Sebenarnya, kecintaan dan penghormatan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tercermin dalam meniru, mentaati dan mengikuti perintah beliau, menghidupkan sunnah beliau baik lahir maupun bathin dan menyebarkan agama yang dibawanya, serta memperjuangkannya dengan hati, tangan dan lisan. Begitulah jalan generasi awal terdahulu, dari kaum Muhajirin, Anshar dan Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik” [Iqtida ‘Ash-Shirath Al-Mustaqim 1/615]

[2] Tabbaruk (Mengambil Berkah) Dari Tempat-Tempat Tertentu, Barang-Barang Peninggalan, Dan Dari Orang-Orang Baik, Yang Hidup Ataupun Yang Sudah Meninggal.

Termasuk di antara bid’ah juga adalah tabarruk (mengharapkan berkah) dari makhluk. Dan ini merupakan salah satu bentuk dari watsaniyah (pengabdian terhadap mahluk) dan juga dijadikan jaringan bisnis untuk mendapatkan uang dari orang-orang awam.

Tabarruk artinya memohon berkah dan berkah artinya tetapnya dan bertambahnya kebaikan yang ada pada sesuatu. Dan memohon tetap dan bertambahnya kebaikan tidaklah mungkin bisa diharapkan kecuali dari yang memiliki dan mampu untuk itu dan dia adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah-lah yang menurunkan berkah dan mengekalkannya. Adapun mahluk, dia tidak mampu menetapkan dan mengekalkannya.

Maka, praktek tabarruk dari tempat-tempat tertentu, barang-barang peninggalan dan orang-orang baik, baik yang hidup ataupun yang sudah meninggal tidak boleh dilakukan karena praktek ini bisa termasuk syirik bila ada keyakinan bahwa barang-barang tersebut dapat memberikan berkah, atau termasuk media menuju syirik, bila ada keyakinan bahwa menziarahi barang-barang tersebut, memegangnya dan mengusapnya merupakan penyebab untuk mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun tabarruk yang dilakukan para sahabat dengan rambut, ludah dan sesuatu yang terpisah/terlepas dari tubuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disinggung terdahulu, hal tersebut hanya khusus Rasulullah di masa hidup beliau dan saat beliau berada di antara mereka ; dengan dalil bahwa para sahabat tidak ber-tabarruk dengan bekas kamar dan kuburan beliau setelah wafat.

Mereka juga tidak pergi ke tempat-tempat shalat atau tempat-tempat duduk untuk ber-tabarruk, apalagi kuburan-kuburan para wali. Mereka juga tidak ber-tabarruk dari orang-orang shalih seperti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, Umar Radhiyallahu ‘anhu dan yang lainnya dari para sahabat yang mulia. Baik semasa hidup ataupun setelah meninggal. Mereka tidak pergi ke Gua Hira untuk shalat dan berdo’a di situ, dan tidak pula ke tempat-tempat lainnya, seperti gunung-gunung yang katanya disana terdapat kuburan nabi-nabi dan lain sebagainya, tidak pula ke tempat yang dibangun di atas peninggalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu, tidak ada seorangpun dari ulama salaf yang mengusap-ngusap dan mencium tempat-tempat shalat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di Madinah ataupun di Makkah. Apabila tempat yang pernah di injak kaki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yan mulia dan juga dipakai untuk shalat, tidak ada syari’at yang mengajarkan umat beliau untuk mengusap-ngusap atau menciuminya, maka bagaimana bisa dijadikan hujjah untuk tabarruk, dengan mengatakan bahwa (si fulan yang wali) –bukan lagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah shalat atau tidur disana ?! Para ulama telah mengetahui secara pasti berdasarkan dalil-dalil dari syariat Islam, bahwa menciumi dan mengusap-ngusap sesuatu untuk ber-tabarruk tidaklah termasuk syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Lihat Iqtidha’ Al-Shirath Al-Mustaqim 2/759-802]

[Disalin dari buku At-Tauhid Lish-Shaffits Tsani Al-‘Aliy, edisi Indonesia Kitab Tauhid-3, hal 152-159, Darul Haq]

Bagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]



[3] Bid’ah Dalam Hal Ibadah Dan Taqarrub Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bid’ah-bid’ah yang berkaitan dengan ibadah, pada saat ini cukup banyak. Pada dasarnya ibadah itu bersifat tauqif (terbatas pada ada dan tidak adanya dalil), oleh karenanya tidak ada sesuatu yang disyariatkan dalam hal ibadah kecuali dengan dalil. Sesuatu yang tidak ada dalilnya termasuk kategori bid’ah, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Artinya : Barangsiapa mengerjakan amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka dia tertolak” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibadah-ibadah yang banyak dipraktekkan pada masa sekarang ini, sungguh banyak sekali, di antaranya ; Mengeraskan niat ketika shalat. Misalnya dengan membaca dengan suara keras.

Artinya : Aku berniat untuk shalat ini dan itu karena Allah Ta’ala”

Ini termasuk bid’ah, karena tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

Artinya : Katakanlah (kepada mereka), ‘Apakah kalian akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Al-Hujarat : 16]

Niat itu tempatnya adalah hati. Jadi dia adalah aktifitas hati bukan aktifitas lisan. Termasuk juga dzikir berjama’ah setelah shalat. Sebab yang disyariatkan yaitu bahwa setiap membaca dzikir yang diajarkan itu sendiri-sendiri, di antara juga adalah meminta membaca surat Al-Fatihah pada kesempatan-kesempatan tertentu dan setelah membaca do’a serta ditujukan kepada orang-orang yang sudah meninggal. Termasuk juga dalam katagori bid’ah, mengadakan acara duka cita untuk orang-orang yang sudah meninggal, membuatkan makanan, menyewa tukang-tukang baca dengan dugaan bahwa hal tersebut dapat memberikan manfaat kepada si mayyit. Semua itu adalah bid’ah yang tidak mempunyai dasar sama sekali dan termasuk beban dan belenggu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu.

Termasuk bid’ah pula yaitu perayaan-perayaan yang diadakan pada kesempatan-kesempatan keagamaan seperti Isra’ Mi’raj dan hijrahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perayaan-perayaan tersebut sama sekali tidak mempunyai dasar dalam syari’at, termasuk pula hal-hal yang dilakukan khusus pada bulan Rajab, shalat sunnah dan puasa khusus. Sebab tidak ada bedanya dengan keistimewaannya dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, baik dalam pelaksanaan umrah, puasa, shalat, menyembelih kurban dan lain sebagainya.

Yang termasuk bid’ah pula yaitu dzikir-dzikir sufi dengan segala macamnya. Semuanya bid’ah dan diada-adakan karena dia bertentangan dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan baik dari segi redaksinya, bentuk pembacaannya dan waktu-waktunya.

Di antaranya pula adalah mengkhususkan malam Nisfu Sya’ban dengan ibadah tertentu seperti shalat malam dan berpuasa pada siang harinya. Tidak ada keterangan yang pasti dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amalan khususnya untuk saat itu, termasuk bid’ah pula yaitu membangun di atas kuburan dan mejadikannya seperti masjid serta menziarahinya untuk ber-tabarruk dan bertawasul kepada orang mati dan lain sebagainya dari tujuan-tujuan lain yang berbau syirik.

Akhirnya, kami ingin mengatakan bahwa bid’ah-bid’ah itu ialah pengantar pada kekafiran. Bid’ah adalah menambah-nambahkan ke dalam agama ini sesuatu yang tidak disyari’atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya. Bid’ah lebih jelek dari maksiat besar sekalipun. Syetan akan bergembira dengan terjadinya praktek bid’ah melebihi kegembiraannya terhadap maksiat yang besar. Sebab, orang yang melakukan maksiat, dia tahu apa yang dia lakukannya itu maksiat (pelanggaran) maka (ada kemungkinan) dia akan bertaubat. Sementara orang yang melakukan bid’ah, dia meyakini bahwa perbuatannya itu adalah cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan bertaubat. Bid’ah-bid’ah itu akan dapat mengikis sunnah-sunnah dan menjadikan pelakunya enggan untuk mengamalkannya.

Bid’ah akan dapat menjauhkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan mendatangkan kemarahan dan siksaanNya serta menjadi penyebab rusak dan melencengnya hati dari kebenaran.

SIKAP TERHADAP AHLI BID’AH
Diharamkan mengunjungi dan duduk-duduk dengan ahli bid’ah kecuali dengan maksud menasehati dan membantah bid’ahnya. Karena bergaul dengan ahli bid’ah akan berpengaruh negatif, dia akan menularkan permusuhannya pada yang lain. Kita wajib memberikan peringatan kepada masyarakat dari mereka dan bahaya mereka. Apabila kita sudah bisa menyelamatkan dan mencegah mereka dari praktek bid’ah. Dan kalau tidak, maka diharuskan kepada para ulama dan pemimpin umat Islam untuk menentang bid’ah-bid’ah dan mencegah para pelakunya serta meredam bahaya mereka. Karena bahaya mereka terhadap Islam sangatlah besar. Suatu hal yang perlu pula untuk diketahui bahwa negara-negara kafir sangat mendukung para pelaku bid’ah dan membantu mereka untuk menyebarluaskan bid’ah-bid’ah mereka dengan berbagai macam cara, sebab didalamnya terdapat proses penghangusan Islam dan pengrusakan terhadap gambaran Islam yang sebenarnya.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Dia akan menolong agamaNya, meninggikan kalimatNya, serta menghinakan musuh-musuhNya.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad Shallallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat-sahabat beliau.

[Disalin dari buku At-Tauhid Lish-Shaffits Tsani Al-‘Aliy, edisi Indonesia Kitab Tauhid-3, hal 152-159, Darul Haq]


»»  read more

25 Februari, 2012

Dimana Dia.?


Buat sobat-sobat Ikhwan.......

Wahai Para Kesatria, pewaris tanah pusaka
Mengapa dikau gundah gulana
Bukankah terbentang luas taman indah nan warna-warni
Tidakkah kau cium harum semerbak bunga bertebaran di kanan kirimu
Atau kurang cukupkah samudera permata nan elok lagi bersinar menghiasimu
Wahai pemuda pewaris masa depan
Tataplah jauh ke muka
Ada beban luhur yang harus segera engkau pikul
Akan masih banyak tugas menanti untuk engkau ambil alih
Di mana tak akan mampu engkau memikulnya seorang diri
Engkau butuh penghibur yang akan senantiasa menguatkan hatimu ketika dirundung kesenduan
Engkau butuh pendukung yang membuatmu betah berjalan tegak di setiap tugas risalah yang kau tanggung
Wahai temanku yang masih sendiri,
Segeralah temukan teman hidupmu
penyejuk jiwamu kelak
Carilah dia karena sesungguhnya dia itu telah dekat.
Lebarkan matamu, dan buka mata hatimu
Tajamkan pendengaran, dan simak suara kalbumu
Barangkali sang dia telah berada dekatmu
Hanya engkau mempunyai angan yang terlalu tinggi
Mungkin dia berada persis di hadapanmu
Namun engau tidak mau menerima dia apa adanya
Duhai shobatku yang kesepian
Janganlah engkau sia-siakan perhiasan terindah di dunia itu
Kalau dia belum belum berkilau, tugasmulah tuk mengkilapkannya.
Andai dia belum terlihat elok, tanggung jawabmulah untuk menghiasi dirinya dengan perhiasan ahlak yang mulia
Jika dia belum bersinar terang, ladang amalmu-lah untuk menyempurnakan
cahayanya yang masih tersingkap
Lalu apakah lagi yang engkau tunggu... wahai manusia yang telah diciptakan
Rabb-nya secara sempurna..

Wassalamu'alaikum

»»  read more

23 Februari, 2012

Allah Akan Mencukupi Semua Urusan Orang Yang Bertawakal Kepada-Nya

Oleh : Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji

Hal ini berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi : "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq : 3) yaitu yang mencukupinya. Ar-Robi' bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. (Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311)
Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa'at. (Taisirul Azizil Hamidh hal. 503)
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Allah telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah, antara lain.
Firman Allah.
"Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar". (Ath-Thalaq : 2)
"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya". (Ath-Thalaq : 5)
"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (Ath-Thalaq : 4)
"Artinya : Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu; Nabi-nabi, para hiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". (An-Nisa' : 69)
Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman Allah : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq : 3)
Ibnu Al-Qayyim berkata : Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan bahwa tawakkal adalah jalan terbaik untuk menuju ke tempat di sisinya dan perbuatan yang amat dicintai Allah. (Madarijus Salikin 2/128)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. "Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah, maka ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Tuhan), kedua malaikat itu berkata : Allah telah memberimu petunjuk, jika orang itu berkata : Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah dilindungi dan dijaga, dan jika orang itu berkata : Aku bertawakal kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan". 1)
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan kepada Amru bin 'Ash yang mengangkat hadits ini kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda : "Sesungguhnya di dalam hati anak Adam terdapat celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Allah pada setiap celah di dalam hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi celah-celah yang ada dalam hatinya itu". (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud : 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadist ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadits ini tertolak)
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala kebutuhannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga". (Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303)
Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya : "Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu". (Al-Anfal : 64), artinya; cukuplah Allah bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thabari 10/37), maka kalian semua tak akan membutuhkan seseorang jika kalian bersama Allah, ini adalah pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30). Ada juga yang mengatakan bahwa artinya adalah : cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh An-Nuhas. (Tafsir Al-Qurthubi 8/43)
Ibnu Al-Jauzy berkata : Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Adlwa'u Al-Bayan)
Ibnu Al-Qayyim berkata : Ini begitu juga dengan pendapat sebagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengartikan ayat ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan penyembahan hanyalah kepada Allah, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya : "Dan jika mereka bermaksud hendak menipu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin". (Al-Anfal : 62)
Lalu dia (Ibnu Al-Qayyim) membedakan antara memberi kecukupan dengan memberi kekuatan. Yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, sementara yang bisa memberi kekuatan adalah hanyalah Allah dengan membantunya dan juga bersama hamba-hamba Allah lainnya, Allah telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta orang-orang yang bertawakal di antara hamba-hambanya, yang mana Allah mengkhususkan mereka untuk mendapat kecukupan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah berfirman: "(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka', maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (Ali Imran : 173), dan mereka tidak pernah mengatakan : cukuplah Allah bagi kami dan Rasulnya.
Jika mereka berpendapat seperti ini dan Allah memuji mereka seperti itu, maka bagaimana mungkin Allah mengatakan kepada utusan-Nya dengan mengatakan : Allah dan pengikut-pengikutmu akan memberimu kecukupan, sementara para pengikut Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan Allah satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak pernah men-sekutu-kan Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah memberi kecukupan, bagaimana mungkin mereka (para pengikut Muhammad) melakukan hal seperti ini ?! ini adalah kemustahilan yang paling Mustahil dan Kesesatan yang paling sesat.
Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Allah yang berbunyi : "Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata. 'Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah', (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)". (At-Taubah : 59)
Maka perhatikanlah, bagaimana Alllah menjadikan kewajiban untuk mematuhi diri-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia". (Al-Hasyr : 7), dan menjadikan kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata, Allah tidak pernah mengatakan : dan mereka berkata : cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi kami, akan tetapi Allah menjadikan diri-Nya sendiri satu-satunya yang bersifat memberi kecukupan, seperti fiman Allah : "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah". (At-Taubah : 59), dan Allah tidak pernah mengatakan : "dan kepada Rasul-Nya", akan tetapi Allah menjadikan berharap hanya kepada-Nya semata, sebagaimana firman Allah : "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". (Asy-Syarh : 7-8)
Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan hanyalah kepada Allah semata, sebagaimana bahwa ibadah, taqwa dan sujud hanyalah milik Allah semata, begitu juga dengan sumpah dan bernadzar tidak diperbolehkan kecuali hanya kepada Allah semata.
Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Allah yang berbunyi : "Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya". (Az-Zumar : 36). Maka yang mencukupi berarti Dia pula yang melindungi, di sini Allah mengabarkan bahwa hanya Dia seoranglah yang memberi perlindungan kepada hamba-Nya, sekali lagi bagaimana mungkin Allah menjadikan hambanya para pengikut Nabi bersama Allah sebagaimana yang memberi kecukupan ?!, dalil-dalil yang membuktikan kesesatan penafsiran yang merusak ini lebih banyak lagi untuk disebutkan. (Zaad Al-Ma'ad 1/36-37)
Footnote :
Hadits Riwayat At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga mengatakan bahwa hadits ini adalah : hadits baik, benar dan asing, kami tak mengetahuinya kecuali dengan ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab do'a 3886 (2/178), ia berkata di dalam Kitab Az-Zawaid : Bahwa di dalam sanad hadits ini terdapat Harun bin Abdullah, ia adalah seorang yang lemah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas bab Adab 5073 (13/437), Ahmad dalam Musnadnya (1/66) yang lebih sempurna dari ungkapan ini. Hadits ini dibenarkan oleh Al-Albani sebagaimana dalam shahih Al-Jami Ash-Shagir 513, 227 (1/1950).
Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal, terbitan Pustaka Azzam Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tirmidzi.
»»  read more

21 Februari, 2012

BID'AH HASANAH??

BID'AH HASANAH ? (2/2)



Pada bagian ini sebagian manusia menguraikan yang demikian karena dan atas dalil yang diriwayatkan dari Shahabat Abdurrahman bin abdul Qariy.( dalam Shohih Bukhary hadits no2010 atau IV: 203, Imam malik al Muwatho I :136-137 dll) , cuplikan dari riwayat yang panjang :
"Sebaik-baik bid'ah adalah perbuatan ini"

Berikut penjelasannya :

PERTAMA :
Jika makan ucapan Umar Radhiallahu Anhu tsb SESUAI dengan yang mereka pahami (=MENYANGKA) bahwa ucapan Umar Radhiallahu Anhu ini adalah BID'AH HASANAH , maka kita katakan kepada mereka :"Kita tidak boleh membatalkan sabda Nabi Shalallahu 'alaihi Wa Sallam dengan ucapan manusia SIAPA-PUN orangnya !!! Baik itu Abu Bakar , maupun Umar Radhiallahu Anhuma !!"
Abdullah bin Abbas pernah berkata :
"Hampir saja kalian dihujani dengan batu dari langit .Aku katakan :"Nabi bersabda begini dan begini " kalian MEMBANTAHNYA dengan mengatakan :"Akan tetapi Abu Bakar dan Umar mengatakan begini begitu !"
Umar bin Abdul Aziz Radhiallahu Anhu berkata :"Tidak berlaku pendapat seorangpun dihapadan sunnah Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam !"

Imam Asy-Syafi'I berkata :"Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah nyata baginya asunnah Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam maka ia tidak dibenarkan meninggalkannya karena ucapan seseorang!" [Lihat I'lamul Muwaqi'iin II/28]

Imam Ahmad juga pernah berkata :"Barangsiapa yang menolak Sunnah Nabi Shalallahu 'alaihi Wa Sallam maka ia berada ditepi kehancuran." [Thabaqat al Hanabilah :II/15]

KEDUA:
Umar Radhiallahu Anhu mengucapkan perkataan tersebut sewaktu kaum muslimin mengerjakan KEMBALI sholat BERJAMA'AH . Tentu saja , shalat taraweh BUKANLAH perbuatan bid'ah bahkan termasuk sunnah Nabi.

Berdasarkan riwayat Aisyah Radhiallahu Anha , ia mengabarkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam mengerjakan shalat pada suatu malam didalam masjid , lalu diikuti banyak orang .Keesokan malamnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam melakukan hal yang serupa , ternyata orang-orang yang mengikuti beliau bertambah banyak. Kemudian pada malam ke-3 atau ke-4 mereka kembali berkumpul sebagaimana biasanya , namun Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam tidak keluar menemui mereka hingga datang waktu shubuh.Kemudian beliau keluar dan berkata :"Aku telah melihat apa yang kalian lakukan.Tidak ada yang menghalangiku keluar menemui kalian melainkan KEKHAWATIRANKU hal ini akan DIWAJIBKAN atas kalian.Yaitu shalat malam pada bulan Ramadhan."(HR. Bukhari no:1192)

Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam telah menjelaskan & menegaskan ALASAN beliau tidak keluar shalat tarawih berjama'ah saat itu , karena kekhawatir an beliau shalat tsb diwajibkan atas mereka.Umar bin Khothob memandang kekhawatiran tsb telah berlalu dengan wafatnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam .Jadi yang dilakukan oleh Umar adalah MENGHIDUPKAN kembali sunnah nabi yang terlupakan.

KETIGA:
Jelaslah bahwa yang dilakukan Umar Radhiallahu Anhu bukanlah BID'AH (bahkan sunnah) , lalu apa makna BID'AH yang terdapat dalam ucapannya ????
Istilah bid'ah yang digunakan Umar dalam ucapannya itu adalah bid'ah secara ETIMOLOGI / bahasa bukanlah bid'ah dalam TERMINOLOGI SYARIAT.
Secara etimologi bid'ah adalah setiap perbuatan tanpa ada contoh sebelumnya , karena shalat taraweh BERJAMA'AH pada bulan Ramadhan seperti itu TIDAK DILAKUKAN pada masa kekhalifahan Abu Bakar , maka Umar mengistilahkannya sebagai bid'ah , yaitu secara etimologi.
Tidak mungkin istilah bid'ah tersebut diartikan secara terminologi syariat , sebab perbuatan itu sendiri TELAH ADA DILAKUKAN oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wa Sallam sebagaimana riwayat bukhary diatas (no: 1192)
PERKATAAN ULAMA tentang tafsiran ini :
  1. IBNU TAIMIYAH
    Beliau berkata : Diantara orang yang memakai istilah ini adalah UMAR Radhiallahu Anhu , padahal yang beliau lakukan adalah SUNNAH yang BAIK. Jadi pemakaian istilah tersebut dilihat dari sisi etimologinya bukan terminologi dalam syariat. Sebab istilah bid'ah secara etimologi mencakup seluruh perbuatan yang tidak didahului oleh contoh sebelumnya .Sementara istilah bid'ah secara terminologi syar'I adalah : Setiap perkara agama yang tidak ada sandarannya berupa dalil syar'i (silahkeun baca Iqthidho Shirathaol Mustaqim :272)
  2. IBNU KATSIR
    Beliau rahimahullah berkata : Bid'ah terbagi menjadi 2 :
    1. Bid'ah terminologi syar'I , seperti sabda Nabi Shalallahu 'alaihi Wa Sallam :"Setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat."
    2. Bid'ah secara etimologi , seperti ucapan Umar Radhiallahu Anhu berkenaan dengan shalat taraweh BERJAMA'AH pada bulan Ramadhan , beliau berkata :"Sebaik-baik bid'ah adalah perbuatan ini." (silahkeun lih. Tafsir Ibnu Katsir surah Al Baqarah :ayat 118)

  3. IBNU RAJAB
    Berkata :"Sementara yang berkaitan dengan ucapan sebagian ulama salaf yang mengkategorikan beberapa perbuatan sebagai bid'ah hasanah adalah ditinjau dari pemakaian istilah bid'ah itu secara etimologi , bukan TERMINOLOGI syar'I . Termasuk ucapan Umar Radhiallahu Anhu :"Sebaik-bai,k bid'ah adalah perbuatan ini!!" Maksudnya adalah perbuatan tersebut tidak dilakukan pada saat itu.namun terdapat dalil yang menjadi dasar perbuatan itu." (silahkeun lih. Jami'ul ulum wal Hikam hadits no.28)
  4. MUHAMMAD RASYID RIDHA
    Ada 2 macam penggunaan istilah bid'ah
    1. Penggunaaan secara etimologi yang berarti suatu contoh yang baru tanpa didahului contoh sebelumnya.Berdasarkann makna ini dapat dibenarkan pendapat ulama yang mengatakan bahwa bid'ah dapat mencakup hukum yang 5 (wajib, sunnat, haram ,makruh,dan mubah).Termasuk diantara ucapan Umar Radhiallahu Anhu saat membuat jam'ah shalat taraweh pada bulan ramadhan , beliau berkata :"sebaik-baik bid'ah adalah perbuatan ini"
    2. Penggunaannya secara terminologi syar'I , berarti segala sesuatu yang tidak ada dasarnya pada Nabi Shalallahu 'alaihi Wa Sallam .Dan seluruh perkara agama yang tidak ada sandarannya , seperti dalam hal aqidah , ibadah dan halal dan haram.Bid'ah jenis inilah yang disebutdalam hadits :"Setiap bid'ah adalah sesat". Sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyempurnakan agama ini ,serta telah menyempurnakan nikmatNya kepada umat manusia .Tidak ada seorangpun sepeninggal Nabi Shalallahu 'alaihi Wa Sallam yang bershak menambah atau mengurangi sesuatu-pun dalam urusan agama, baik dalam masalah aqidah, ibadah ,syiar agama.Dan tidak pula boleh merubah tatacaranya.Seperti menjadikan shalat sirr menjadi jahr ataupun sebaliknya. (Tafsir al manar IX/60)
»»  read more

SEDIKIT DEMI SEDIKIT, LAMA - LAMA JADI BUKIT


Pepatah ini sederhana saja “ SEDIKIT DEMI SEDIKIT, LAMA – LAMA JADI BUKIT “ kita biasa memaknai bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan dapat sepundi. Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.
Pepatah ini mensyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung keping uang, yaitu : bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan – tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.
Bagaimana tindakan – tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya,?yaitu, bila disertai dengan secercah kasih sayang didalamnya. Ucapan terima kasih, sesungging senyum , sapaan ramah, atau pelukan bersahabat,adalah tindakan yang mungkin sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.
Oleh : Andre Ibnu Mahmud Yunus 21 February 2012 ( MENURUT PEMAHAMANKU )
»»  read more

08 Februari, 2012

SENI MEMOTIVASI


Apa itu Motivasi?
            Secara sederhana, motivasi adalah dorongan. Sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan, bisa disebut sebagai motivasi. Semakin besar motivasi seseorang, semakin mudah ia mengerjakan apa yang ia inginkan. Semakin lemah motivasinya, semakin sulit juga membuatnya melakukan apa yang diharapkan.
            Misalnya, membuat anak senang belajar. Kalau siswa memiliki motivasi rendah terhadap belajar, ia akan sangat malas untuk belajar. Maka, siswa perlu diberikan motivasi agar semangat belajarnya membara.
            Tapi, ada yang perlu diingat. Memberikan motivasi haruslah dengan cara yang tepat. Motivasi yang tidak tepat, hanya akan berakibat jelek. Mungkin tidak sekarang, tapi pasti di masa-masa mendatang.
            Contohnya Adi. Karena malas, ia dipukul oleh ayahnya. Akhirnya, karena takut dipukul, Adi pun belajar…. dengan enggan. Adi memang belajar. Tapi dalam pikirannya ia menganggap bahwa belajar itu sebagai ‘hukuman’. Sesuatu yang tidak menyenangkan. Apa akibatnya ke depan? Ia pun membenci belajar.
            Maka, memberi motivasi tidak hanya memerlukan niat yang baik. Tapi juga metode atau cara yang tepat. Sehingga motivasi kita tidak salah alamat, tapi tepat sesuai tujuannya: membakar semangat.


Empat Prinsip Motivasi Ampuh

1. Munculkan Kesan
Cobalah eksperimen kecil ini : Jangan memikirkan gorila. Jangan bayangkan gorilla itu mengenakan celana ketat ungu, sepatu tenis hijau, dan topi. Nah eksperimen selesai.
Apa yang terjadi ? Agar tidak memikirkan gorilla berpakaian aneka warna tersebut, anda harus menciptakan citranya terlebih dahulu. Otak Anda secara alamiah menciptakan, menyunting, menyimpan dan mengeluarkan kembali citra dalam benak. Ini terjadi secara otomatis dan secara langsung dipengaruhi oleh kata-kata yang anda dengar.
Otak manusia senantiasa menciptakan citra. Saat mendengar kata, otak anda segera memprosesnya menjadi citra. Citra atau kesan ini memulai efek domino, menimbulkan banyak asosiasi. Misalnya, saat Anda mendengar kata bola. Otak anda segera memprosesnya menjadi citra yang tersimpan bola basket, bola tenis. Seringnya asosiasi yang tercipta berlawanan, atau setidaknya tidak sesuai dengan konsep dalam komunikasi yang didengar.
Susunlah perkataan berikut agar menimbulkan citra yang dapat memacu belajar :
“Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan, jadi kalian harus waspada jika tidak ingin gagal.”
Kesan apa yang diciptakannya ? Kesulitan, kebosanan, bahaya dan kegagalan. Bandingkan dengan kesan dari perkataan berikut :
            “Ini merupakan bagian yang paling menantang. Simaklah baik-baik, supaya kalian memahaminya.”
Pilihlah secara sadar perkataan yang menimbulkan asosiasi positif, paculah pembelajaran dan tingkatkan komunikasi.

2.  Arahkan Fokus
Gunakanlah prinsip arahkan fokus saat memberikan petunjuk. Tanyalah diri anda, “Dimana saya ingin siswa memusatkan perhatian mereka?” Lalu pilihlah kata-kata yang mengarahkan fokus mereka.
“ Jangan dekati perlengkapan seni saat kalian pindah ke kelompok kalian.”
Menarik perhatian ke perlengkapan seni. Hal ini malah akan meningkatakan kemungkinan siswa memperhatikan perlengkapan itu. Bedakan dengan yang ini :
“Cari tempat berkumpul ke kelompok kalian. Pindah langsung ke tempat itu dan bawa buku kalian.”
Tanpa menyebutkan perlengkapan seni dan dengan fokus yang jelas pada tempat yang dituju dan apa yang dibawa, Anda mengurangi kemungkinan siswa menemukan perlengkapan seni.
Kata-kata anda, sengaja atau tidak, membuka asosiasi. Karena asosiasi ini terjadi dalam benak siswa, kita dapat mengarahkan benak mereka pada asosiasi yang paling mendukung belajar. Sederhana, tapi hasilnya menakjubkan.

3. Inklusif
Bedakan dua perkataan berikut :
“Bapak ingin kalian mengeluarkan buku kalian, yang harus kalian lakukan berikutnya adalah mengeluarkan pekerjaan rumah yang kemarin. Bapak minta kalian mengumpulkan pekerjaan rumah yang kemarin.”
Dengan perkataan berikut
“Mari kita keluarkan buku, sekarang keluarkan pekerjaan rumah kalian. Sudah waktunya mengumpulkan bahan-bahan kita.”
Pernyataan kedua lebih menciptakan dinamika positif dan memacu serta meningkatkan hubungan kerja sama yang menyeluruh, mengajak setiap orang.

4. Spesifik
Ada peraturan tidak tertulis : Hemat bahasa. Dengan kata lain katakan apa yang perlu dikatakan dengan sejelas mungkin dan dengan jumlah sesedikit mungkin.



Komunikasi Nonverbal
            Penelitian Dr. Albert Mahrabian dari UCLA menghasilkan kesimpulan yang penting untuk kita. Utamanya, bagi yang ingin memotivasi orang lain dengan sangat efektif.
            Ternyata, kata-kata yang kita pilih akan berdampak pada komunikasi kita kepada orang lain sebesar 7 %. Sedangkan bagaimana kita menyuarakan-nya (volume suara, intonasi, jeda), berdampak 38 %. Lalu apa yang pengaruhnya hingga 55 % ? Betul sekali. Pada bahasa non-verbal kita.
1. Kontak Mata
            Pandanglah siswa-siswa anda tidak lebih dari tiga detik untuk setiap orang. Pandangan lebih dari tiga detik diartikan sebagai tatapan. Jangan memandang ke atas kepala siswa.
2. Ekspresi wajah
Wajah anda adalah alat komunikasi yang kuat. Pesan non-verbal yang dilakukan dengan alis terangkat, sunggingan senyum, dahi berkerut, anggukan kepala, mata lebar, dan mulut terbuka. Selanjutnya buatlah ekspresi wajah ketakjuban, kekagetan, kehangatan, kesedihan, kebahagiaan.
3. Nada Suara
Variasi suara sangat mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun. Selain itu, gerakan kepala, wajah akan membantu variasi suara.
4. Gerak Tubuh
            Gerakan tangan, tubuh, lengan yang alamiah dan terarah akan memberi penekanan pada pesan anda, menandai pernyataan kunci dan menangkap perhatian pelajar kinestetik dengan menyediakan gerakan hidup bagi suara anda.
5. Sosok (Postur)
            Kenyamanan dengan tubuh anda sendiri, gerakan dan tingginya menyebabkan siswa lebih santai.

          Andree Khalid Al Walid

»»  read more