17 Mei, 2012

Kejarlah Ilmu Wahai Muslimah

Dr  Kamal  al-HaIbawi, alim Mesir yang tinggal di Pakistan, dalam sebu-ah ceramahnya pernah mengi-sahkan pandangan seorang ,ula-ma tradisional tatkala ditanya komentarnya tentang peran perempuan dalam Islam: ,,Perem-puan hanya boleh keluar rumah dalam tiga kondisi, pertama keluar dan rahim ibunya saat ia dilahirkan. Kedua, keluar menuju rumah suaminya setelah perni-kahan dan ketiga keluar dari rumahnya menuju liang lahat, tempatnya beristirahat untuk selama-lamanya!"

Nah... Iho? Landasan apa yang digunakan sehingga ia ber-pendapat demikian? Apa dalilnya, dari sudut mana ia me-mandang permasalahan perem-puan dalam Islam ? Apa yang melatarbelakangi pernyataan itu muncul?
Mungkin itu serentet pertanyaan yang meluncur dari bibir kita saat mendengar fatwa sang ulama di atas. Tapi masalah peran dan posis muslimah, khu-susnya di bidang ilmiyah, dalam gambar kebangkitan Islam yang kian marak dan menjamur memang sebuah misteri yang masih remang-remang. Tak percaya? Coba saja simak urajan di bawah mi

Fenomena Muslimah

Bicara masalah perempuan, seperti yang Rasul katakan, jika tak hati-hati, sama dengan mengurai benang kusut yang memiliki banyak simpul. Sampai--sampai Rasul Saw pernah ber-sabda bahwa babus syaithan dan babun nisaa merupakan dua to-pik yang tak pemah habis dibahas, dikaji dan di seminarkan.

Namun in bukan berarti bah-wa dua bab ini tak dapat dikaji tuntas. Tentu bisa. Islam telah memberikan demikian banyak petunjuk, dimanakah orbit pe-rempuan dalam sistem raya Islam ini. Menurut tuntunan Rasul, Islam sebagai agama yang amat mem-perhatikan  masalah  keseim-bangan, menegaskan bahwa pe-rempuan adalah pendamping pri-a dalam upaya menegakkan kalimat Allah. Jika hendak diumpa-makan  wanita dan pria laksana dua bintang yang berada pada orbit yang berbeda, namun memiliki peran yang sama menentukan bagi kesimbangan jagat ini. Sama sepert yang Allah Ta’ala katakan : (QS Yasin : 40)

Tinggal memang, perkem-bangan zaman menghadirkan masalah-masalah baru bagi mus-limah. Hal-hal yang selama ini tak pernah ada dalam kamus kemuslimahan tiba-tiba muncul. Ide emansipasi dan ideologi feminisme masuk mengisi rongga otak banyak muslimah. Hasilnya berwujud berseliwerannya para perempuan memenuhi ruang perkantoran, pusat perbelanjaan, dan pabrik-pabrik. Se-bagian menoreh-kan prestasi di bi-dang ilmu, semen-tara sekelompok lainnya asyik me-nekuni bidang politik bahkan militer.

Dan,  banyak fakta menunjukkan bahwa   prestasi yang  dihasilkan kaum hawa ini tak beda jauh, seba-gian bahkan me-lampauli apa yang diraih pria.  Ide dan contoh nyata ini tentu membe-rikan inspirasi serta motivasi baru bagi sebagian muslimah untuk mengekor keberhasilan rekan sejenisnya di be-lahan bumi lain, mayoritas di barat. Arus ini bagaikan badai yang mener-jang benteng pertahanan yang se-lama ini dibangun untuk melindung perempuan  agar tetap ada dalam istananya.

Di sisi yang lain arus ini juga memunculkan pertanyaan pada sebagian muslimah ihwal gugatannya terhadap „pagar-pa-gar" yang selama mi membatas ruang geraknya dalam beraktivi-tas. Khususnya pada peran yang dapat diemban seorang musli-mah dalam gerak kebangkitan ummat yang tengah berlangsung mi.

Menggugat Mitos

Di antara masalah yang mungkin sering menggelegak dalam jiwa para muslimah namun takut untuk mengungkapkannya ke permukaan adalah banyaknya mitos yang berkembang mema-gari seorang muslimah.

Dr. Yusuf Qardhawi pernah melontarkan keheranannya saat ia melihat fenomena maraknya upaya menjauhkan para musli-mah dan majelis ilmu. ,,Tahun 70-an, saya terus menghadiri muktamar tahunan Asiosasi Ma-hasiswa Islam Amerika dan Kanada selama beberapa tahun, dimana ikhwan dan muslimah hadir menyaksikan jalannya cera-mah. Muslimah yang hadir disitu ikut mendengar komentar, perta-nyaan, jawaban dan diskusi ten-tang masalah-masalah Islam yang besar, baik menyangkut fikrah, ilmiyah, sosial, pendidikan dan politik. Tapi tahun delapan pu-luhan, suasana menjadi berubah. Ketika saya menghadiri beberapa muktamar di Eropa dan Amerika, saya temukan pemisahan total dua jenis kelamin itu. Saya lihat para akhowat tidak dapat meng-hadiri sebagian besar dan cera-mah-ceramah, diskusi dan semi-nar yang dikelola oleh laki-laki. Padahal forum itu begitu penting bagi wanita. Di antara muslimah ada yang mengadu pada saya tentang kebosanan mereka me-ngikuti ceramah-ceramah yang hanya seputar kewanitaan saja, seperti hak-hak, kewajiban dan kedudukan wanita dalam Islam."(Prioritas Gerakan Islam, Dr. Yu-suf Qardhawi, Buku Kesatu, hal. 98-99)

Itu baru satu kasus. Masih ada yang lain, seperti anggapan suara wanita itu aurat, bertanya melalui kertas, ketakutan menolak calon suami dan lain-lain. Dalam ma-salah yang khas dengan peran muslimah menuntut ilmu, mitos itu bisa tercium dari pandangan sinis terhadap mereka para muslimah yang aktif menekuni ilmu di bangku sekolah dan perguruan tinggi. Keengganan sebagian muslimah yang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan bertolak dari anggapan bahwa bekal seorang muslimah yang utama adalah berbakti pada  suami dan menjadi ibu.  Sementara kebingungan melanda sebagian muslimah yang sudah menyelesaikan atau tengah berjuang menyelesaikan pendidikannya kemana akan dimanfaatkan ilmunya itu nanti. Semuanya tersimpul menjadi satu mengikat dan membatasi peran muslimah dalam sumbangannya terhadap kebangunan Islam.

Akar Masalah

LaIu kenapa pemikiran nyeleneh atau mitos ten-tang muslimah itu muncul dan malah seolah disahkan dalam aktivitas keseharian?  Ada beberapa penyebabnya.

Pertama, masalah keluasan pemahaman seseorang. Masalah kefahaman ini amat menentukan persepsi dan amal seseorang ten-tang suatu hal. Pemahaman yang luas, integral dan terpadu akan membat seseorang arif dalam mengeluarkan fatwa atau pen-dapat.
Islam tak pernah memandang dan menilai muslimah sebagai masyarakat  kelas dua dengan hak dan tanggung jawab yang lebih rendah dari kaum pria. Is-lam mewajibkan menuntut ilmu bagi wanita dan pria, nabi Mu-hammad saw mewasiatkan a-gar orang tua mengutamakan pendidikan anak perempuannya:

,,Barangsiapa mempuanyai anak perempuan, kemudian mendi-diknya, berbuat baik kepadanya, dan mengawinkannya, baginya syurga." (HR Ihnu Hibban)

Panggung sejarah keagungan Islam jelas banyak melibatkan peran aktiv kaum muslimah di berbagai bidang.

Di sisi jihad dan tadhiyyah (pengorbanan) mereka kepada Islam, tercatat Summayyah lah sebagai muslimah pertama yang menyum-bangkan nyawanya demi kei-manan dan memperoleh syahadah.

Manusia pertama yang me-nyambut da'wah Islam sekaligus menopang banyak manuvernya juga dari kaum  muslimah; Khadijah binti Khuwaiiid ra.

Selain itu banyak pula dikisahkan, para shahabiyyat ra yang turut membantu kaum muslimin dalam peperangan.

Di bidang pengetahuan juga tidak kalah. Para shahabiyat ra pernah meminta agar diadakan pertemuan khusus buat mereka dalam mempelajar ilmu, seba-gaimana yang dilakukan Rasul kepada para shahabat. Kemudian Nabi memenuhi kehendak mere-ka dengan memberikan waktu khusus.

Aisyah Ummul mu'-mminin ra dikenal sebagai orang yang paling ahil  ten-tang fiqih, kedokteran dan puisi. Karena ke-pandaiannya itu Rasu-luilah pernah berkata kepada para shahabat-nya: ,,Ambilah separuh agama kalian dan AI--Humairan ini, yakni say-yidatina Aisyah ra., Um-mul mukminin"

Dalam ilmu hadits, lbnu Asakir menyebutkan lebih dan delapan puluh wanita ahli hadits. Aliyah binti Hasan, pemimpin Bani Syaiban, seorang yang cerdik lagi terhormat se-ring dikunjungi oleh Shaleh Al-Marwi dan tokoh-tokoh ulama fiqih Bashrah untuk dimintai pendapatnya  tentang berbagai masalah.

Zainab binti Ummi Salamah,   dilukiskan oleh lbnu Katsir salah seorang yang paling da-lam ilmu agamanya di Madinah saat itu.

Selain itu, ada di antara para shahabat ra yang sering membacakan catatannya di ha-dapan seorang shahabiyyah yang bernama Ummu Sa'ad binti Rabi'. Mereka mohon dikoreksi bila terdapat kesalahan-kesalahan datam catatannya.

Ada Iagi yang bernama Ka'biyyah binti Sa'ad Al-Aslamiyyah, salah seorang dokter wanita. Beliau mendirikan tenda poliklinik yang bersebe-lahan dengan masjid Nabawi, memberikan pelayanan kesehat-an kepada masyarakat Islam. Atas jasa jihad dan sosialnya itu, Rasulullah memberinya hadiah se-buah anak panah di waktu pe-rang Khaibar.

Rasul juga pernah menunjuk  Asy-Syafa'  binti Abdullah untuk mengajarkan tu-lis-baca kepada kaum muslimin. Asy-Syafa' pun digelar „guru wanita pertama dalam Islam". Selanjutnya, masih sederet nama dan peristiwa iagi yang sejenis.

Uraian di atas, jelas meng-gambarkan bahwa Islam tak pernah mempersempit ruang gerak wanita menuntut ilmu dan me-nunaikan  kewajiban  mereka membangun peradaban masyarakat Islam. Mereka, para shahabiyyat mengerti kedudukan dan peranan yang mereka emban dalam menghasung pembangunan sebuah masyarakat Islam. Me-reka selalu aktiv dalam proses belajar dan mengamalkan ilmu-nya untuk orang lain, mereka berlomba mencapai tingkat per-juangan yang maksimal untuk membangun masyarakatnya.

Kedua, seringkali mitos-mitos itu muncul bukan didasari nilai-nilai Islam. Mitos dan aturan yang merugikan umat sendiri itu seringkali datang dan luar Islam: adat, tradisi, dan pandangan ma-syarakat setempat hingga reka-yasa musuh-musuh Islam.

Masyarakat pra Islam, baik zaman sebelum Rasul maupun zaman kini, kebanyakan meman-dang perempuan sebagal makh-luq yang berderajat rendah. Umar bin Khattab ra. pernah ber-ujar: ,,Pada zaman jahiliyah kami tak pernah memberikan hak apa-pun pada wanita. Sampai Allah Ta’ala yang Maha Tinggi menu-runkan perintah yang penting pada mereka dan memberikan pada mereka bagian yang tepat."

Aristoteles memandang wanita adalah ,makhluk yang belum sele-sai penciptaanya'. Sementara dalam Rig weda tertulis: ,,Tidak boleh menjalin persahabatan de-ngan wanita. Pada kenyataan-nya, hati wanita adalah sarang srigala." (Rig Weda, 10, 95, 15.)

Beberapa Pilar Peran Muslimah

Wanita muslimah bukanlah bilangan yang dapat diabaikan dan makhluq yang dapat disia--siakan. Rasulullah saw bersabda bahwa  wanita adalah saudara kandung laki-laki. Islam mem-herikan peluang yang sama besar pada laki-laki mapun perempuan untuk mereguk sebanyak mung-km  pahala yang Allah sediakan bagi mcrcka yang beramal.

Ada beherapa pilar yang dapat dijadikan sandaran bagi mus-limah untuk berkiprah dalam la-pangan ilmiyah di masyarakat:

Pertama, Pria dan wanita me-miliki derajat hak dan tanggung jawab yang sama disisi Allah Ta'ala. Namun jangan berpikir bahwa persamaaan ini juga mc-nuntut tugas yang sama. Sekali lagi, sebagaimana telah diungkap di atas, kcduanya ada dalam or-bit yang berbeda. Keduanya mc-miliki tugas dan peran yang berbeda-beda, namun saling melengkapi. Untuk itu, keduanya pun harus memiliki bekal yang cukup sehingga tugas yang diletakkan pa-da pundaknya dapat terlaksana.

Kedua, pria dan wanita diberi bekal fitrah dan potensi yang sama. Saat Allah Ta'ala men-ciptakan manusia, tak pernah dibedakan apakah ia perempuan atau laki-laki. Karena itu, peluang perempuan untuk berprestasi ter-buka sama lebarnya dengan laki--laki. Tinggal sekali lagi, tentu keduanya berada pada orbit ma-sing-masing.

Maka tak heran jika Rasu-lullah saw memuji wanita Anshar yang giat bertanya: ,,Allah akan merahmati wanita Anshar, me-reka tidak malu-malu lagi mem-pelajari agama."

Ketiga, wanita islam haruslah wanita yang penuh dengan vi-talitas dan kerja nyata. Rasulullah saw menganjurkan agar kaum wanita selalu berkarya,"Sebaik--baik canda seorang mukminah di rumahnya adalah bertenun." (Asadul Ghabah, jilid 1 hal.241)
Qailah Al-Anmariyah, seorang sahabiyah yang juga pedagang, pernah bertanya pada Rasul: ,,Ya Rasulullah, saya ini seorang pe-dagang. Apabila saya mau men-jual barang, saya tinggikan har-ganya di atas yang diinginkan, dan apabila saya membeli saya tawar ia di bawah yang ingin saya bayar. Maka Rasul menjawab," Ya, Qailah! Janganlah kau berbuat begitu. kalau mau beli, tawarlah yang wajar sesuai yang kau inginkan. dikasih atau ditolak."

Ustadz Umar Tilmisan menyatakan bahwa Islam tidak melarang seorang wanita men-jadi dokter, guru sekolah, tokoh masyarakat, perawat, peneliti da-lam berbagal bidang ilmu, penu-lis, penjahit serta profesi lain se-panjang itu tidak bertentangan dcngan kodrat kewanitaanya.

Keempat, hendaknya aktivitas dibidang keilmuwan itu tidak melupakan tugas utama seorang wanita  sebagai  penanggung-jawab masalah kerumah-tang-gaan. Firman Allah Ta'ala: Dan hendaklah kamu tetapdi rumah-rumah kamu ..." (QS al-Alizab: 33)

Jika keserasian ini terjaga, ma-ka tak hanya ummat Islam yang heruntung karena mendapat tam-bahan tenaga dan partner baru dalam berjuang, namun clta-cita menegakkan kalimat Allah kian datang mendekat. Semoga Allah Ta'ala selalu menyertai langkah kita. Amilin.

Sumber : Ishlah 7/II/1994
 

 

»»  read more

09 Mei, 2012

Bangkit Sekarang atau Allah Hancurkan!!

Kita terus menipu diri sendiri, seakan masih berada di jalur yang benar. Kita mengutuk habis-habisan kondisi eksternal yang menjadikan nasib kita begini. Padahal...

Mengapa bangsa yang mencintai dan memuliakan agama agung ini jadinya seperti ini? Kenapa kita seakan-akan membeku saat menyaksikan saudara-saudara Muslim kita tertindas, lemah, dan menjadi sasaran kebengisan kaum kuffar beserta kaki tangannya?

Kenapa nasib ummat Islam mengenaskan dan memprihatinkan? Kenapa kita menjadi mangsa bangsa-bangsa lain? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah usang, tapi masih terus kita ulang-ulang, seolah-olah kita menampik dan menangkis kenyataan yang terjadi pada diri kita sendiri. Allah memberi petunjuk sederhana yang sangat strategis dalam al-Qur'an:

"Musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena ulah tanganmu sendiri." (asy-Syura: 30)

Sebaliknya, Allah Azza wa Jalla telah menjadikan sunnah kemenangan bagi ummat Islam yang tidak meleset sampai hari kiamat:

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong Allah, Dia pasti menolongmu pula dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7)

Sungguh keterlaluan. Pada masa krisis seperti saat ini kita masih bisa mengada-ada untuk menghibur diri sendiri dan menutupi kelemahan di mata orang. Tidak ada yang lebih mudah dari menyalahkan angin yang berhembus dari timur daripada mengatakan kenapa kita datang dari barat. Belum pernah ada pengakuan bahwa kitalah yang salah, karena mendayung perahu menantang angin.

Sehari-hari kita menipu diri kita sendiri. seolah-olah kita telah berada di jalur yang benar. Kita mengira dan mengutuk habis-habisan kondisi eksternal-lah yang menjadikan nasib kita seperti ini. Keadaan luar itulah yang salah, bukan kita. Dengan demikian permasalahan selalu berada di lingkaran kemustahilan. Tidak ada yang bisa kita perbuat kecuali menutupi diri kita dengan tabir yang tebal agar kita tidak bisa melihat diri sendiri.

Pertanyaannya, sampai kapan kita bersikap seperti ini? Perubahan nasib ummat di tangan ummat itu sendiri. Kita tidak bisa mengarapkan siapa-siapa. Begitulah sunnah Allah.

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (ar-Ra'd: 11)

Untuk itu, jangan berangan-angan seolah-olah perubahan nasib ummat bisa dilakukan seperti membalikkan tangan. Pelu pejuangan panjang. Perlu ada perencanaan, program, dan agenda aksi. Bukan dengan angan-angan dan koar-koar kosong. Alah berfirman:

"Tidaklah dengan angan-angan kamu dan tidak pula dengan angan-angan ahlul kitab. Siapa yang berbat jahat akan dibalasi dengannya. Dia tidak akan mendapatkan selain Allah sebagi wali dan penolong." (an-Nisaa: 123)

Kali ini kita kalah di segenap medan perjuangan, baik ketika harus berhadapan dengan nafsu diri kita sendiri, dengan orang-orang kuffar yang melancarkan makar di dalam tubuh bagsa dan tanah air sendiri, maupun dengan bangsa-bangsa lain. Sebabnya jelas, pengabaian terhadap kepentingan-kepentingan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanaahu wa ta'ala.

Musuh musuh Islam seharusnya segan kepada pada ummat Islam, takut dan khawatir untuk berbuat yang menggoyah kedamaian yang hendak dibangun di atas Islam. Akan tetapi kenyataannya terbalik. Ummat Islam justeru yang khawatir dan ketakutan kepada mereka. Hal ini karena ita tidak melaksanakan firman Allah berikut ini:

"Siapkanlah untuk (menghadapi) mereka kekuatan dan peralatan berupa (kuda-kuda (yang tangkas dan lain seumpamanya) yang mungkin kamu himpun untuk menteror musuh Allah dan musuh kamu serta pihak-pihak lain. kamu tidak mengetahui mereka, tetapi Alla-lah yang mengetahui mereka." (al-Anfaal: 60)

Bagaimana hal ini jika kita bandingkan dengan keadaan kita sekarang? Kenyataan menunjukan bahwa sampai saat ini kita belum mempersiapkan apa-apa. Kita masih belum melaksanakan perintah ayat ini, yang karenanya, jangankan musuh ketakutan, justru mereka yang selalu memulai inisiatif penyerangan. Mereka menganggap remeh dan kecil kekuatan Islam, sehingga dengan mudahnya mereka masuk, menyebarkan provokasi, dan selanjutnya memporak-porandakan barisan Islam dari dalam.

Negara-negara Muslim dewasa ini hidup dengan penuh keterantungan kepada negara-negara maju yang nota bene kafir. Seakan-akan habis ingatan kita, tentang bagaimana Raja Faisal mengembargo Eropa dan Amerika dari minyak ekspor Arab Saudi dan negara-negara Arab. Ketika itu sempat terangkat juga kedaulatan dan kewibawaan bangsa Muslim. Sementara kita saat ini bahkan tidak lagi menjadi tuan di negeri sendiri. Persenjataan tergantung kepada mereka, ekonomi tergantung kepada mereka, demikian juga dalam masalah politik. Tak ubahnya kita adalah robot-robot yang diprogram dan digerakkan oleh mereka. Lebih kejam lagi, kita yang telah menjadi robot itu diperhadapkan sesama robot yang tidak lain adalah saudara kita sendiri untuk saling menghancurkan.

Sebenarnya, Allah Swt telah menentukan sunnah-Nya, bahwa kita akan mendapatkan keberkahan dan kekayaan dengan syarat-syarat ini:

"Jika penduduk suatu negeri telah beriman dan bertaqwa, Kami akan membukakan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi." (al-A'raaf: 96)

Kenyataannya bahwa yang terjadi sebaliknya. Negara-negara Muslim, terasuk Indonesia kini memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun menderita kemiskinan dan kelaparan, kebodohan dan penyakit. Namun karena kekeringan iman dan keburukan Tauhid kita, ketika Allah Swt tidak lagi menjadi satu-satunya rujukan dan tujuan hidup, maka akibatnya adalah segala hal yang kini melanda kita sekarang.

Sungguh, nasib kita saat ini tidak kurang hanya karena kita telah mengabaikan perintah Allah, lupa terhadap peringatannya. Akibatnya Allah swt mendatangkan adzab yang dahsyat. Bukankah Allah telah memperingatkan:

"Hendaklah orang-orang yang meninggalkan perintah-Nya takut akan tertimpa fitnah atau adzab yang pedih." (an-Nuur: 63)

Ancaman Allah bahkan lebih berat lagi:

"Jika kamu berpaling, Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kamu." Muhammad: 3

Mengganti suatu generasi berarti menghancurkan dan membinasakan genarasi yang ada sebelumnya. Ini berarti kebinasaan dan kehancuran total. Bila suatu generasi sudah sulit diperbaiki lagi, tidak ada susahnya bagi Allah untuk menghancurkannya, sebagaimana sudah banyak disinyalir al-Qur'an tentang generasi terdahulu yang dihancurkan.

Untuk itu, sepantasnya bagi kita untuk mempelajari sejarah, menengok masa lampau terhadap generasi bangsa yang telah mengabaikan perintah-Nya. Sungguh sunnatullah itu telah berlaku di masa lalu, beralaku pula pada masa kini, dan akan tetap berlaku sampai akhir nanti.

"Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah. maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang pendusta." (Ali Imraan: 137)
»»  read more

05 Mei, 2012

Mengapa wanita muslim menolak memakai jilbab???

Berikut jawaban-jawaban populer dari wanita muslim:
1. "Hati saya belum mantap memakai jilbab"
2. "Iman terletak dihati, bukan pada pakaian"
3. "Allah belum memberiku hidayah"
4. "Susah dalam mencari pasangan"
5. "Aku masih ingin menikmati hidup, pakai jilbabnya nanti saja"
6. "Aku sudah memakai jilbab (kerudung bermodelkan jilbab)"

insha allah saya akan menjelaskan satu persatu tentang jawaban yang diberikan ( untuk lebih jelasnya Wallahu Alam Bissowab )

1. "Hati saya belum mantap memakai jilbab, jika hati saya sudah mantap, insya Allah saya akan memakai jilbab" Mengapa orang bisa menganggap hatinya belum mantap untuk memakai jilbab? padahal bukankah sudah jelas jika ia muslim, berarti ia wajib menjalankan perintah Allah. Muslim sendiri berarti menyerahkan diri, memasrahkan hidup dan matinya kepada Allah S.W.T. Dan setiap waktu kita berikrar tentang hal tersebut. Ingat bacaan shalat: "Inna shallaatii wa nusuukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi rabbil 'alaamiin". Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam. Kita semua yakin, semua yang diperintahkan Allah kepada kita, pasti ada manfaatnya bagi kita sendiri. Nah, sekarang Allah memerintahkan wanita muslim untuk memakai jilbab, apakah kita masih tidak yakin untuk menjalankannya, apakah kita masih belum mantap untuk menjalankan perintah Allah tersebut. Ingat Firman Allah:"Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan para wanita yang beriman, supaya mereka menutup tubuh mereka dengan Jilbab, karena yang demikian itu agar mereka lebih patut dikenali, dan tidak diganggu. Dan Allah itu Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Ahzab : 59). Dan jika Allah telah menyuruh kepada kita, apakah kita berhak menolak. Firman Allah: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah da Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab:36)"





2. "Iman terletak dihati, bukan pada pakaian". Jelas iman memang terletak dihati. Tapi pencerminan dari iman itu terlihat dari perilaku dan penampilan. Jika yang dilihat hanya hati, berarti boleh dong seseorang shalat hanya memakai pakaian dalam, karena yang penting shalatnya tersebut sangat khusyu. Dan patutkah menilai orang yang memakai pakaian minim, sebagai orang yang beriman?. Lagipula, jika memang sesorang itu beriman, ia pasti mengerjakan segala perintah Allah, seperti firman Allah diatas tadi.


3. "Allah belum memberiku hidayah". Takkan dapat hidayah seseorang, jika ia tidak mencarinya. Firman Allah: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri."(Ar-Ra'd:11). Jika seseorang tidak mau mendalami agama Islam, walaupun ia muslim, maka keimanan dan ketaqwaannya takkan betambah, dan Allah takkan menambah kepadanya. Firman Allah:"Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk pada mereka, dan memberikan kepada mereka ketaqwaannya".(Muhammad:17). Apakah kita sudah merasa puas dengan diri kita yang sekarang ini? apakah kita sudah merasa cukup dengan iman yang kita punyai ini sehingga kita tak mau mendapatkan lebih banyak hidayah? apakah kita yakin dengan iman kita yang sekarang ini kita bisa masuk syurga?. Firman Allah : "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan, sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta".(Al Ankabut:2-3)

4. "Susah dalam mencari pasangan". Sebenarnya wanita muslim yang memakai jilbab itu sedang menyaring atau memilih pasangannya atau jodohnya. Mengapa begitu? karena wanita muslim berjilbab pasti menginginkan jodohnya adalah laki-laki beriman yang mengerti dan taat agama, dan hanya lelaki beriman dan taat agamalah yang tahu dan mengerti bahwa memakai jilbab adalah wajib bagi wanita muslim dan beriman, maka dia akan memandang kalau wanita muslim tersebut beriman, karena telah mengerjakan perintah Allah tersebut. Jadi mungkin ada benarnya, wanita muslim yang memakai jilbab tidak atau sulit dilirik laki-laki. Karena tidak sembarang laki-laki yang tertarik kepada mereka, hanya laki-laki beriman yang mengerti akan agama yang tertarik. Dan bukankah itu lebih baik bagi mereka. Mendapatkan jodoh laki-laki beriman.

5. "Aku masih ingin menikmati hidup, pakai jilbabnya nanti saja". Hidup di dunia hanya sementara, apapun kesenangan di dunia ini hanya sesaat, sedang hidup di akhirat akan abadi, dan kesenangan di akhirat akan berlangsung selamanya. Apa kita mau menukar sesuatu yang bersifat sementara dengan sesuatu yang bersifat abadi?. Firman Allah: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan berbangga-bangga di antara kamu dan berlomba-lomba banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan petani-petani, kemudian menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya. Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu".(Al Hadiid:20). Dan apakah kita tahu kapan kita akan mati? Siapa tahu ketika kita nanti memutuskan akan memakai jilbab, tiba-tiba ruh kita dicabut oleh Allah S.W.T.

6. "Aku sudah memakai jilbab (kerudung bermodelkan jilbab)". Pada saat ini banyak sekali wanita muslim yang tertipu dengan mode. Mode pada saat ini yang menyebutkan jilbab model baru, yaitu kerudung pada kepala dengan kedua ujungnya dilingkarkan ke leher si pemakai, tanpa menutupi dada, dan dipadu dengan baju tangan panjang, bahkan ada yang ketat. Seperti artis-artis di tv. Dan mereka menyebutnya sebagai jilbab. Apakah hal itu bisa dikatakan sebagai jilbab?. Kata Jilbab berasal dari Bahasa Arab, yang artinya pakaian yang lebar dan dapat menutup semua aurat wanita. Firman Allah: "Katakanlah kepada perempuan mukmin, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang kelihatan daripadanya (seperti cincin). Hendaklah mereka menutupi dada mereka dengan jilbabnya...."(An Nuur:31). Bisa terlihat dari firman Allah tersebut, bahwa yang dinamakan jilbab adalah pakaian yang menutupi hingga ke dada, bukan hanya ke leher.

Saudari muslimku, tak ada niat jahat di hati ini dalam menyampaikan sedikit nasehat yang insya Allah berguna baik bagi penyampai maupun kepada yang disampaikan. Maaf beribu maaf, jika ada kesalahan atau kata-kata yang mGambarenyakitkan hati. Mungkin terlintas di benak saudari untuk apa menyampaikan hal ini, sedang si penyampai sendiri adalah laki-laki atau tak ada gunanya bagi si penyampai, tapi malah menjadi beban bagi yang disampaikan. Sekali lagi penyampai mohon maaf, sesuatu yang terasa berat, akan jadi mudah jika telah terbiasa. Dan mungkin firman Allah inilah yang menjadi jawaban penyampai.
"Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran". (Al Ashr:1-3)
»»  read more